Kekecewaan Terbesar Anak Broken Home

 Hari ini memasuki bulan ramadhan ke 9. Aku ingin membagikan kisah nyata hidupku. Sebuah cerita tentang betapa hancurnya aku sebagai seorang anak, sehingga berdampak pada diriku saat ini (yg sudah dewasa). Menjadi trauma, khawatir, cemas dan takut terhadap sebuah 'pernikahan'.

Broken Home isn't a Big Problem

Awal Mula Aku Menjadi Anak Broken Home

I thought, aku udah jadi broken home sejak masih di dalam kandungan. Well dari kecil aku memang punya masalah dengan 'konflik antar keluarga mama dan papa'. But I was just fine being children, until I realise that aku punya papa yg kelewat 'tegas'. He said kalo dia tegas. But not for me. Papa yg suka mukul aku, main tangan, melontarkan kata kasar, berteriak padaku di keramaian, bertengkar hingga menyakiti mama di depan mataku. Itu sudah sangat cukup membuatku trauma terhadap pernikahan. Aku sedari kecil sudah menyadari problema pelik suatu bahtera rumah tangga dan itu membuatku sangat realistis terhadap suatu hubungan di usia dewasaku sekarang.

Hubungan papa dan mama yg bagaikan orang pacaran putus nyambung membuatku pusing sendiri. Ada kalanya akur, tapi lebih sering bertengkar. Hingga akhirnya mama hamil anak ke 3 lalu keguguran dan mama said "papa kamu gak mengakui itu anaknya" that's why mama memilih buat menggugurkan kandungannya. Sampai pada akhirnya aku menginjak kelas 7 SMP dan papa memutuskan pergi hijrah untuk kerja di luar pulau. Selang beberapa bulan papa pun memutuskan ingin bercerai karna papa ingin menikah lagi. Aku rasa aku akan sedih tapi ternyata tidak. Perceraian bukanlah hal yg membuatku kecewa. Aku malah merasa lega karna kini baik papa ataupun mama sudah tidak saling menyakiti satu sama lain lagi dan aku berharap mama bisa memiliki pasangan yg jauh lebih baik dari papa.

Tapi kenyataannya, hidup berkehedak lain..

Sosok Ayah Sambung but he isn't a father person!

Usai papa menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga barunya. Aku harus menghadapi kenyataan pahit di depan mata tentang masa depanku, masa depan adikku dan mama.

Semua berawal sejak mama mengenal sosok pria ini. Seorang supir bis kota yg berbeda keyakinan dengan mama mencoba mendekati mama. Mama terbuai akan perlakuannya yg jauh berbeda dari papa. Bagi mama, sosok pria ini (sebut saja H), dia jauh lebih baik dari papa. Hingga hari itu tiba, mama mengenalkan om H ini ke aku, lalu ke adik lelakiku yg masih di bangku SD kelas 1. Kesan pertamaku -Aku tidak suka si om H ini-. Waktu terus bergulir, hubungan mama makin dekat, mama makin menunjukan keseriusannya ingin menjadikan om H ini sosok ayah sambung tapi lagi dan lagi -Aku gak setuju- mama terus berusaha membujukku karna aku anak pertama, agar aku bisa menerima om H. Tapi firasatku berkata lain, hatiku enggan menerima keberadaannya di kehidupan mama. Entah, namun aku bisa apa? Mama tidak mendengarkan pendapatku. Bagi mama, aku hanya anak kecil yg tak mengerti urusan orang dewasa dan mama udah sangat mempertimbangkan ini dengan alasan "sikap dan sifatnya om H jauh berbeda dan lebih baik dari papa kamu. Blablabla" (menceritakan banyak hal traumatis saat masih bersama papa). I can't deny it, emang bener papa mengecewakan, akupun kecewa pada papa.

Hari berganti, mama tetap berhubungan hingga di suatu siang temanku bertanya "mama lo hamil lagi ya? Ciri-cirinya kayak orang lagi hamil". Bagaikan tersambar petir di siang bolong. Aku mencoba mengabaikannya, tapi aku mendapatkan fakta mencengangkan yg menjawab pertanyaan temanku itu. Yes guys mamaku hamil!. You don't know betapa kecewanya dan sedihnya aku sebagai seorang anak. Aku merasa sudah dihianati mamaku sendiri. Sakit! Asli sakit!

Kehamilan mama yg semakin membesar membuatnya tak bisa menutupi itu terus menerus. Hingga kedua orang tua mama (kakek-nenekku) mengetahui hal ini dan aku yakin pasti mereka juga merasakan hal yg sama denganku. Kecewa + sedih. Akhirnya mamaku tidak di izinkan tinggal di rumah, agar mama bisa tinggal dengan pria pilihannya tsb.

Fakta bahwa mama sudah menikah siri dengan lelaki yg berbeda keyakinan itu. Aku hanya bisa pasrah. Saat itu, aku sudah kelas 9 SMP. Masa-masa penentuan kelulusan. Sibuk menantikan hari Ujian Nasional. Tapi pikiranku dibuat kalut dengan drama kehancuran rumah tangga ini. Adik laki2ku kelas 2 SD, ia harus berpisah dari kedua orang tuanya. Apalagi mama, masa kecilnya dia sudah kurang perhatian dari mama, karna mama harus kerja. Sekarang dia akan kehilangan perhatian mamanya untuk selamanya. Karna kami berpikir mama akan lebih memperhatikan anak bayinya nanti.

Setiap weekend libur sekolah, adikku itu slalu excited untuk menginap di tempat mamanya. Kehamilan mamapun membuatnya berhenti bekerja. Awalnya kupikir sosok om H ini sudah cukup bertanggung jawab. Memberikan tempat tinggal (walau hanya kos2an sepetak). Bahkan membelikan aku dan adikku makanan setiap kami main kesana. Namun ternyata aku salah, mama menceritakan fakta mengejutkan. Karna mama tidak ada tempat bercerita dan baginya usiaku sudah remaja dan sebagai anak pertama, aku sudah mampu menampung keluh kesahnya. Mama bilang bahwa om H ini ternyata menikah lagi dengan perempuan pilihan orang tuanya om H yg tentu saja jelas (1 keyakinan dengan om H). Tapi yg membuatku semakin tercengang adalah fakta bahwa isteri sahnya (karna menikah tercatat di negara, bukan seperti mama yg hanya menikah siri) sebut saja mbak L. Fakta bahwa mbak L ini sedang mengandung anak om H, bahkan usia kandungannya hanya berbeda sekitar 1-2 bulan *seingatku. Itu membuatku jadi semakin dan makin makin TRAUMA. Makin kecewa dan gak percaya lah aku sama si om H ini.

You guys coba pikir dan bayangin aja, anak kelas 9 SMP, mau Ujian Nasional. Di rumah ngurus adek yg masih SD, nyiapin baju sekolah adek, makannya, tugas sekolahnya, mengatur jajannya. Bahkan aku juga nyuci baju sekolah sendiri. Menjadi tempat tampungan keluh kesah berbagai pihak. Adikku yg tiap malam menangis merindukan kedua orang tuanya. Biaya keperluan sekolah, tugas sehari-hari. Gimana gak pecah palalo? Semua itu harus ditanggung dan dirasain sendiri oleh anak SMP? Gimana gak terganggu kejiwaan lo? Tapi apa? Aku bisa laluin itu semua, pretending everything is ok. Sambil gwaenchanha tiap hari dan ngelus dada. Nangis sendirian, sembunyi2 biar gak ada yg liat :"

Singkat cerita mamaku akhirnya melahirkan. Aku dan adikku akhirnya naik kelas (which is aku lulus dan masuk SMK). Namun adikku memutuskan ikut tinggal dengan papa di luar pulau. Membuatku harus berpisah dengannya. Hari2 yg ku lalui super berat banget, ngurus kelulusanku, kepindahan adikku (berkas sekolahnya). Tambah makin merasa kesepian saat pelepasan sekolah, acara wisuda SMP. Teman2ku hadir didampingi orang tuanya. Aku hadir bersama sahabatku dan ibunya. Hehe gwanchanha :" walaupun aslinya mewek lagi diem2 di toilet. Benar2 patah hati yg membuatku harus mendewasakan diri sebelum waktunya.

The fact that I want suicide sejak SMP. Walaupun teman2ku menganggap hanya lelucon (saat kami saling berbagi cerita kehidupan dan ingin suicide bersama) but I take that seriously. Tapi, rupanya aku tak mampu menyudahi rasa sakit ini dan memilih menjalani hidupku walau terseok-seok penuh darah dan luka.

Akhirnya aku masuk SMK, adikku sudah pindah dan tinggal bersama bunda barunya dan syukurlah, adikku mendapatkan sosok perhatian seorang ibu dari bunda ini. Kehilangan adikku yg entah kapan aku akan bertemu dengannya lagi. Membuat hari2ku di SMK penuh dengan kesedihan, aku meratapi dan menangisinya karna aku merasa belum menjadi sosok kakak yg baik buat dia.

Akhirnya sekitar beberapa bulan, mamaku berkeluh kesah lagi tentang kehidupannya yg terombang-ambing ketidak pastian. Aku berusaha membujuk kakek-nenek agar bisa menerima mama tinggal kembali bersama kami. Nenekpun setuju dan kakek hanya ingin mama memutuskan hubungannya dengan lelaki itu. Harusnya aku bilang lelaki bejat sih, biar kerasa emosinya karna udah gak mampu membiayai mama dan anaknya (fokus membiayai istri sahnya si mbak L). Well sebenernya ada hal yg bikin aku jijik. Mau tau apa? Mama bilang kalo si om H ini tuh gak cinta sama mbak L. Udah cinta mati bangetlah sama mama. That's why mama mauan aja tuh sama om H ini. Niat hati mau mengajak om H jadi mualaf eh makin keliatan aslinya gimana. Lalu, pertanyaan selanjutnya "apakah mamaku sadar?" Tentu tidak. Kalau sadar, penderitaanku berakhir disini. Tapi, huft. Ternyata di extend guys. Capeeeek kali batin ini.

How dare you! You broke my heart into pieces, like a million times!

Hari-hari berlalu. Tebak apa yg aku lakukan di masa remajaku? Masa2 puber yg harusnya aku habiskan bersama teman2. Centil manja dengan teman laki2, atau mengalami cinta monyet. Tapi aku yaahh, aku harus meluangkan waktu mengurus adek perempuanku yg masih bayi. Punya pacar sih kala itu tapi terhalang karna harus urus adek.

Mama akhirnya kerja lagi, tapi ternyata hidupku yg mulai terasa ringan itu harus kembali hancur kesekian kali. Saat itu aku menduduki kelas 12 SMK. Mau lulus sekolah. Adikku sudah 3 tahun. Lagi mau fokus2nya belajar buat ujian, persiapan ujian praktek tetek bengek. Eh mamaku hamil lagi cok! Jancok! Iya, masih sama si om H ini. Tai banget asli! Kenapa momennya tuh harus pas mau lulus gitu ya anjir. Gak bisa banget liat aku bernapas lega.

Jadi memang iya, selama 3 tahun itu mama masih suka ketemu dan bahkan si om H ini pernah nginep di rumah saat nenek-kakek gak di rumah. Aku ada, tapi aku bisa apa? Suaraku tak pernah di dengar guys. Hehe. Aku di kecewakan lagi dan lebih parahnya lagi, ternyata si mbak L juga lagi hamil. Sianjir sia teh kata gua mah! Anjir banget itu si H bikin aku berpikiran kalo PEREMPUAN CUMA MESIN PENCETAK ANAK! Bener asli ini mah traumanya melekat sampe sekarang. Kalo gak punya iman mungkin aku udah lompat dari jembatan atau overdosis minum obat. Aku gak pernah selfharm tapi emang pikiran buat suicide kerap kali mampir gitu.

Padahal fakta aslinya selama 3 tahun anak pertamanya lahir itu. Si om H gak pernah yg namanya rutin ngasih nafkah. Trus bisa2nya nambah anak ke2. Aku disini mikirin kakek-nenekku doang. Malu, sedih + kecewa lagi. Tapi lama kelamaan mereka lepas tangan dan mau gak mau nerima 2 cucu ini. Kakek-nenek emang orang baik sih. Walaupun kekecewaan kakek, pernah kakek ungkapin ke aku. Aku di nasehatin supaya jangan sampai seperti mamaku dan aku merasa kakek menaruh harapan padaku agar jangan mengecewakannya, karna aku anak pertama. Berat banget kan jadi anak pertama? Gimana badanku gak kurus kerempeng coba.

Singkat cerita mama sudah melahirkan, dan yg mengurus semuanya nenekku. Selama masa kehamilan mama, mama udah berhenti kerja. Biaya hidup sehari-hari ditanggung nenekku. Bahkan uang jajan sekolahku dari nenek. Selama masa sekolah aku cuma sekali 2x aja dikirimin uang dari papaku. That's why kekecewaanku pada seorang laki2 jadi berlipat ganda. Dari aku SD udah biasa berjualan di sekolah. Nah saat SMK dan dimasa kehamilan mama ini. Aku jualan makanan, nasi dan lauk pauk. Aku tawarin ke teman di kelas. Harapannya biar ada perputaran uang dan itupun modalnya dari uang aku pribadi. Aku jualan pulsa, jadi joki tugas sekolah. Biar mama ada pegangan uang buat sehari-hari. Walaupun dikasih dari nenek.

Well jadi nenekku itu kerja, udah bertahun-tahun awet banget. Sampe tua punya banyak cucu pun tetep kerja. Slalu ngasih cucunya dengan adil (semua dapat sama rata). Kesabaran dan kelapangan hati nenek gak terkira. Buatku, sosok wonder women di kehidupan nyata ya nenekku itu. Kakekku gak kerja, dari aku kecil kakek udah sakit gitu. Pernah sakit TBC. Nenekku dengan setia merawat kakek. Bahkan tiap libur di hari Minggu, yg biasanya kakek masak, nyuci piring. Ini nenek tetap melayani kakek. Slalu nanya mau makan apa, dimasakin apa. Slalu mengutamakan kemauan kakek, trus nenek tinggal ngikut makan aja. :" kakekku emang cenderung milih makanan gitu (same like me).

Ini ceritanya aku persingkat, sumpah kenyataannya hari2 yg kulalui tuh berat banget. Banget. Banget bjir.

Setelah adik ke-2 ku lahir. Perempuan juga. Meanwhile anak si om H dr mbak L ini 22nya laki. Tapi dari mamaku 22nya perempuan. Still kasih nafkah gak pernah rutin. Pernah sesekali saat aku udah kerja. Aku merasakan kecewa lagi. Dikecewakan mamaku karna mamaku slalu dan slalu mengatakan hal baik serta memuji si om H. Pernah saat itu sesekali si om H ini datang menemui anaknya, mengajaknya main dan membelanjakan (memanjakan) lah ya. Kata mama he spend hampir jutaan buat foya-foya 1 hari itu. Emang sih dibeliin ini itu, keperluan bulanan. But I think ya emang udah kewajiban seorang ayah gak sih buat memberikan kebutuhan anaknya? Itu sekali ya, sedangkan aku rutin kasih uang bulanan, belanja bulanan tiap aku gajian. Tapi masih gak ada apa2nya gitu dibandingin sama om H yg foya2in mama seharian habis itu ngilang lagi. Kata aku teh tai.

Btw pernah sewaktu mamaku hamil anak ke2 itu, mama ngkos lagi, dibayarin lagi. Tapi tetap bagaikan terombang-ambing hidupnya. Berujung balik lagi ke rumah nenek-kakek.

Loncat ke real time di masa sekarang. Aku nulis ini karna gondok aja barusan mama cerita kalo si om H ini meragukan ke2 adikku. Apa dia bilang "yg tau kalau km anak papa ya mama kamu". Jadi gini konteksnya. Tepat di tahun 2022. Adikku yg ke2 sms si om H ini. Biasanya adik2ku manggil papa. Tapi dia ngetiknya "om". Jujur iya aku emang suka bercandain dia sebagai bentuk kekecewaan dan kekesalan aku. Dan adik2ku itu juga tau kalo aku manggil papa mereka dengan sebutan om H. Ceritanya kecewalah dia. Gak pernah ketemu anak2nya lagi nih setelah 2 tahun. Aku emang suka nyeletuk "enakan jadi anak yatim aja deh bisa dapet santunan kamu. Daripada kamu punya papa gak pernah ngasih duit yakan?"

Kenapa aku bilang begitu? Karna aku juga pernah berpikiran seperti itu saat masa2 sekolah, ketika papaku sendiri gak kirimin aku uang dan bikin aku kecewa karna setelah aku lulus sekolah. Aku tanya alasannya kenapa gak kirimin aku uang jajan. Balasannya apa? Gak mau uangnya aku foya2in. Sumpah nangis brutal aku. Langsung kebayang hari2 berat yg aku laluin selama masa sekolah. Aku rela gak jajan, gak beli makanan karna ada tugas sekolah. Uangnya aku pakai buat nambahin bikin tugas. Saking gak enaknya aku minta uang banyak2 ke nenek. Nyesek bjir weh. :" aku jualan juga buat nambah2in uang jajan. Boro2 foya2. Aku ngerasa disitu papaku gak cukup mengenal anaknya dengan baik. Padahal aku 11 12 sama dia yg perhitungan soal uang. Jadi gak mungkin banget spend uang buat foya2 dan papa sendiri padahal yg udah ngajarin aku tentang sulitnya hidup, waktu papa pindah2 kontrakan sendiri (udah mulai jaga jarak dan putus nyambung sama mama disini). Papa pindah2 kontrakan tepat setelah kedua orang tuanya (eyang-atung) memutuskan menjual rumah yg di Jakarta dan mau pensiun menikmati hari tua di Jogja.

Itu saat aku SD. Kalau dipikir lagi. Hidupku mulai hancur dan masalah silih berganti hadir. Ya sejak eyang-atung jual rumah. Gak lama tinggal di Jogja. Atung aku meninggal terkena serangan jantung (emang ada riwayat sakit jantung). Trus eyang aku stroke. Gak lama setelah itu eyangpun menyusul kepergian atung. Aku kehilangan sosok yg paling sayang dan peduli sama aku. Patah hati pertama kali aku ya itu. Aku menangisi kepergian eyang-atungpun gak ada yg tau. Tapi papaku malah salah paham dan slalu menyalahkan aku karna aku gak hadir ke pemakaman eyang/pun atung. Padahal itu semua karna aku fokus sekolah, udah izin ke guru tapi gak di izinin. Walaupun jauh dan aku gak hadir ke pemakaman, bahkan sampai detik ini aku belum pernah sekalipun ziarah ke makam eyang-atung. Tapi sosok mereka sangat melekat di hati aku dan aku juga berdoa untuk mereka dari jarak yg jauh ini. Siapa coba yg gak kehilangan? Waktu atung meninggal aja, eyang bilang kalo keinginan terakhir atung tuh ngasih aku anting :" karna aku cucu perempuan satu2nya dan aku tomboy, gak suka pakai perhiasan. Trus eyang, siapa yg gak kehilangan sosok orang yg paling manjain aku? Paling perhatian dan sayang. Malah kayaknya orang tua aku tuh eyang-atung kakek-nenek deh. Karna lebih peduli sama aku. Eyang yg slalu bahagia masakin ayam buat cucu pertama dan perempuan satu2nya ini. Karna aku kalo makan ayam krispi buatan eyang pasti bisa makan nambah sampe 3x dan eyang senang banget liat cucunya napsu makan gitu.

Siapa yg gak kehilangan? Siapa yg gak peduli? Aku nangispun gak ada yg tau. Karna aku terbiasa memendam kesedihan aku sendirian.

But for now, hubungan aku sama papa (sekarang aku manggilnya ayah) udah better than before lah ya. Ayah juga udah pernah minta maaf langsung sama aku. Aku perlahan juga udah mulai sedikit demi sedikit bisa berdamai sama masa lalu. Masa kecil aku yg dikasarin dan dikecewain ayah. Tapi kalo buat om H. OH TENTU TIDAK!

Buat om H : jujur gue pernah hampir yakin dan percaya kalo lu bisa bahagiain mama dan anak2 lu itu. Tapi hati gue ragu dan nyata nya apa? Keraguan hati gue terbukti. Kalo lu emang sebaik, sepengertian seperti apa yg mama bilang ke gue dan yg mama lihat di diri lu. Buktiin! Kalo lu gak mau bertanggung jawab. Please mending ngilang aja selamanya! Jangan pernah hubungin mama dan anak2 lu lagi. Biar anak2 lu jadi yatim aja. Daripada lu dateng ke mama cuma buat bercocok tanam habis itu ngilang. Gak pantes lu itu di sebut ayah! Udah mending lu fokus aja sama ke 3 anak lu itu. Udah punya anak perempuan kan sekarang dari istri lu yg katanya gak lu cinta itu? Udah, udah cukup lu menghancurkan 1 hati anak perempuan (hati gue). Jangan lagi lu hancurin hati 2 anak perempuan lu itu. Kalo lu meragukan mereka sebagai anak kandung lu. Lu punya uang, lu tes DNA! Kalo terbukti anak kandung lu. Jangan pernah temuin mereka lagi. Kalo anak2 lu berhasil, jangan pernah mengakui mereka itu anak lu. Karna lu pernah meragukan mereka. Selama ini adek2 gue tumbuh berkat bantuan banyak orang, bukan karna lu. Kalo suatu saat mama gue bertemu lelaki baru. Jangan pernah lu hancurin lagi. Bertemu dengan lu aja udah jadi suatu kesalahan terbesar dalam hidup mama gue. Yg bikin nama mama gue jelek, dan itu bakal terus melekat. Pendangan orang lain, penilaian orang lain yg udah terlanjur buruk tentang mama gue. Semua itu karna terbutakan cinta. Udah cukup. Jangan pernah lu datang trus pergi lagi. Mama dan adek2 gue bukan terminal bis tempat lu kerja yg bisa dengan sebebasnya lu datangin trus lu pergi lagi. Tolong kesadarannya. Gue benci tapi gue gak pernah mendoakan hal2 jelek buat orang yg gue benci. Buat gue, dari apa yg udah gue liat sendiri dan gue rasain serta penilaian pribadi gue tentang diri lu. U never wins my heart karna apa? U proof that u are not a father person (gak punya sosok kebapakan). So don't pretending to be victim again.

Catatan kaki : enak banget ya anjir jadi laki. Bebas bercocok tanam, giliran cewenya hamil. Dengan mudahnya meragukan anak sendiri. Seolah semua cewe sama aja, cuma tempat buang sperma yg gak ada harganya. Seolah semua cewe sama aja gak bisa dipercaya, gampangan dan sebebas itu berhubungan sama laki2. Padahal disaat faktanya malah si laki2 yg dengan bebasnya berhubungan dengan beda2 perempuan. Tapi saat disuruh tanggung jawab. Semudah itu berdalih "emangnya itu anak gue?"

That's all my trauma. Pernikahan? Punya anak? Aduuhhh duhh. Cuma bisa hela napas panjang sambil hirup inhealer karna aku juga lagi sakit paru2 kayak kakekku. Wkwkw boro2 mikirin nikah :'D

Komentar

Postingan Populer